Reuni Akbar Lintas Angkatan SMPN Lohbener Tahun 2025, Merajut Kembali Kenangan Masa Sekolah
-

INDRAMAYU, anmnews.id -
Hari demi haripun tak terasa menghitung usiaku semakin tua, Hal ini membuat ku tersadar akan masa-masa yang telah terlewatkan, masa masa di waktu sekolah. Dari kisah cinta, persahabatan, maupun kehidupan pahit dan manis terasa di waktu sekolah, membuatku merasa rindu yang tak terbendung, rasanya hal yang telah terjadi ingin terulang lagi.
"Momen yang ditunggu Setelah sekian lama tidak berjumpa dipisahkan oleh jarak dan rutinitas baru, rasanya ingin untuk bertemu kembali dengan teman lama dalam suasana gembira dan penuh nostalgia bersama alumni SMP Lohbener dapat kembali bersua stelah sekian tahun berpisah, aku sangat gembira karena lumayan banyak yang hadir.
Baca Lainnya :
- Siraman Air Doa Dandim Yanuar dan Petani Kec Kandangaur Berharap Air Hujan Turun0
- Tebu Kemitraan Kembali Hangus Terbakar 0
- Kapolres Majalengka Sambut Kunjungan Tim Ombudsman RI Perwakilan Jawa Barat0
- Pemkab Majalengka Terima Bantuan Pusat0
- Kejaksaan Negeri Beltim Serahkan Sertifikat Penyelamatan Aset Milik Pemkab Beltim0
"Rangkaian acara pada agenda reuni yang bertajuk merajut kembali kenangan indah di SMP Lohbener, bertemu kawan masa sekolah setelah sekian lama tak jumpa Senang dan kangen, itulah luapan emosiku. Tak banyak yang bisa aku ceritakan dalam video ini, bagaimana rasanya bertemu kawan masa-masa sekolah, sungguh menyenangkan.
"Kawan adalah bagian dari sebuah cerita dalam hidupku, sifat masing-masing kawan bermacam-macam, ada kawan yang pendiam, ceria, gaul dan ada kawan sukanya bercanda, setiap kawan mempunyai berbagai macam karakter dan kepribadian, hal yang paling penting disini adalah menjalin silaturahmi.
Menjalin silaturahmi adalah sebuah kegiatan kekeluargaan dengan berbagai makna dalam menciptakan sebuah hubungan persaudaraan dan kesetia kawanan masa sekolah, sungguh menyenangkan dimana kita pernah bersama pada masa itu dengan kekuatan hati kami bisa bertemu kembali setelah sekian tahun terpisah.
"Bagiku reunian bersama kawan SMPN Lohbener mengesankan dan menyenangkan, hingga kutulis dalam sebuah tulisan reuni yang menjunjung tinggi silaturahmi dan persahabatan sampai ahir zaman.
"Kesanku dalam reunian masa sekolah di SMPN Lohbener, senang dan bangga bertemu dengan kawan-kawan yang hebat dan tambah teman itu mengasikkan dan mengesankan, kita bisa bertemu dan bercerita tentang masa Sekolah yang menyenangkan "Alkhamdulillah" puji syukur selalu, aku ucapkan padamu.
MENGINGATKAN PADA MASA YANG TELAH SILAM.
Tak bisa aku ceritakan lebih banyak, bagaimana sih rasanya ikut ibu tiri? demi mengejar impian aku mengambil keputusan untuk melangkah dari rumah ini , menyelusuri tepi jalan lelea, ku pandangi satu persatu setiap pepohonan yang aku lewati, sekali sekali aku berhenti dari berjalan lalu membenamkan kepala di antara kedua lututku, aku menangis terisak isak berat rasanya beban yang ku derita bila ingat ibu, Hanya ingin menangis.
Kendati langkahku di lanjutkan kembali di mana dahulu aku pernah menemukan kenangan manis bersama ibuku, kini telah pergi meninggalkan aku seorang diri, peluh yang membasahi kedua pipiku terungkap kembali masa itu,
Baru saja aku sampai di sebuah rumah berlantai satu tiba tiba tepukan mendebarkan mendarat di pundakku, aku terkejut secara replek siapa yang menepukku, senyuman segar dari seorang perempuan mempersilakan aku untuk masuk dan duduk diruang tamu.
Baru saja pantatku menyentuh jok yang empuk, terdengar nada instrumentalia menghanyutkan perasaanku yang duka, perempuan itu kembali lagi sambil membawa nampan yang berisi air kopi, Silakan diminum, "Ucapnya, aku menganggukan kepala sambil mengucapkan terima kasih, setelah sedikit berbincang-bincang, ternyata wanita itu adalah tanteku.
Pada saat itulah aku tinggal bersamanya dan melanjutkan sekolah, setiap hari aku selalu bangun pagi membantu tante mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tugas dari sekolahpun selalu aku selesaikan tepat waktu, aku harus rajin bekerja dan belajar mengejar impian untuk menjadi seorang penulis.
Setelah tamat SMP, Lohbener, aku pergi kejakarta untuk mencari pekerjaan demi mengejar impian menjadi seorang penulis, baju yang penuh tambalan yang selama itu aku simpan di bawah tempat tidur aku ambil kembali, lalu aku masukan ke dalam sarung, sehingga bagian bawahnya menggelembung bagaikan balon pergi menuju setasiun Telaga sari.
"Terlihat hujan turut sangat lebat, Indramayu jakarta terlihat semakin dekat, menjengking kereta menjengking jiwa, duka dan lara masih tersimpan dalam benakku, sore yang indah langit biru, angin yang sejuk bunga bunga yang menghias rumah itu dada ku berdegup ketika membuka pagar besi, suara sepatu ku menginjak kerikil menambah degup jantungku semakin menjadi jadi,
Pertama kali aku datang di ibu kota jakarta, dengan kehidupan yang keras aku jalani, demi mengejar impian untuk menjadi seorang penulis.
Tidur di kolong jembatan dengan atap beton aku alami, dengan modal sebuah gerobak kecil menjadi pemulung aku jalani, aku tak malu malu meskipun terjun manjadi pedagang koran, pedagang angsongan, tidur di kolong jembata aku alami yang penting sampai pada tujuan yang aku cita citakan.
TERINGAT KAMPUNG HALAMAN DI MANA AKU DILAHIRKAN.
"Reuni dari semua angkatan SMP Lohbener, mengingatkan kembali Kampung halaman di mana akudi lahirkan, hijau ranau dengan hamparan sawah jauh mata memandang, penduduknya yang ramah, tamah sopan santun dan murah senyum, Mayoritas Masyarakatnya petani dengan kehidupan yang sederhana, itulah potret sebuah desa yang jauh dari jantung Ibu Kota.
Di tengah tengah ke perihatinan dan keterbelakangan yang pada tahun 1970-an masih sangat terbbelakang, bahkan bisa dikatakan masih primitif, masa kecil aku mandi dikali уаng mengalir deras, bеrѕаmа teman-teman, bersenang-senang menikmati air terjun dеnɡаn sepotong pohon pisang,aku menghanyutkan diri, mengikuti arus arah air yang mengalir.
Masih ingat di benak saat-saat penuh keperihatinan makan dengan ikan asin dan daun singkong, nasinya di campur dengan jagung, tidak menyurutkan aku untuk mengejar cita-cita, sejak kecil bercita-cita ingin sekali jadi penulis.
Aku di besarkan dalam lingkunag masyarakat desa yang tertinggal, beragkat sekolah nyeker,dengan kaki terbuka tanpa alas kaki, tak punya sandal apa lagi sepatu, kesadaran berpendidikan pada saat itu masih kurang, yang wanita kawin muda, yang pria bekerja membantu orang tua, sementara desakan ekonomi sangat kuat.
Kalau zaman sekarang walaupun ada desakan ekonomi, tapi karena kesadaran untuk menempuh pendidikan jauh lebih tinggi, jadi se-bisamungkin orang tua itu meskipun kemampuan ekonomi serba kekurangan, mereka akan berusaha semaksimalmungkin. Kalau zaman dulu, y pasrah saja, meskipun di oprek-oprek sama aparat desa untuk sekolah, ya cuek Bebek.
MENAMBAH SEMANGAT AKU UNTUK MENJALANI TUGAS SEBAGAI JURNALIS.
Perjalanan hidupku yang panjang dan melelahkan dengan ketekunan, keberanian,cinta terhadap ilmu bisa membawa kehidupan dengan penuh makna, aku terus menorehkan jejak dalam dunia jurnalistik
Sejak kecil cita-citaku ingin menjadi penulis, rasanya lega, jika harus mengeluarkan isi hatiku lewat tulisan, namun aku tak hanya puas menjadi seorang penulis. Aku juga ingin menjadi seorang jurnalis, makanya, menulis adalah modal utamaku untuk menjadi seorang jurnalis.
"Dalam usaha yang tengah aku lakukan tentunya sangat banyak rintangan, meski begitu aku tidak patah semangat. Pulang meliput berita, aku sering pulang malam bahkan sampai satu minggu aku tidak pulang. Saat itu istriku bertanya padaku, “dari mana mas?” Jawabku. Aku ini adalah seorang kuli tinta, yang tidak pernah mengenal waktu, jam kerjanya sungguh tak beraturan, bagaimana tidak, ketika hari raya tiba malah bertugas melaporkan kemacetan di jalur mudik pantura, atau sama juga dihari-hari libur yang lain. Kamu takusah cemas, aku akan baik-baik saja, aku juga akan meluangkan waktu untuk keluarga.
"Saat ini aku mengkhawatirkan dirimu, aku takut kelak tidak mampu menjadi seorang istri yang bijaksana. karena memandang profesiku seorang kuli Tinta yang jarang pulang. Kamu harus membesarkan hatiku, menyemangatiku, hingga aku terus berjuang untuk menjadi seorang Jurnalis.
"Suatu hari nanti Aku juga pasti pulang dan berjuang bagaimana mencari makan, menghidupi keluarga dan membiayai pendidikan anak-anak di rumah, nemang ada ungkapan, “kehidupan ini sudah diatur oleh yang di Atas”. Pernyataan klise ini sering aku dengar, tapi, apakah aku harus tetap menjadikan pernyataan itu sebagai pegangan. Tentu tidak bisa, dari mana rezeki akan datang tampa dicari, usaha, berdo'a dan bekerja, "Fungkasku.
"Di samping melaksanakan tugas sebagai Jurnalis, aku juga ikut bertani menanam tebu kemitraan di lahan HGU PG Jatitujuh sejak tahun 2018. Menurutku, menanam tebu adalah salah satu upaya untuk memperkuat Ketahanan Pangan yang hasilnya nanti bisa bermanfaat bagi kesejahteraan keluarga dan masyarakat banyak.
"Profesi ku sebagai Jurnalis yang selalu memburu berita, tidak menyurutkan diriku untuk bertani, turun ke kebun bergelut dengan lumpur, sengatan matahari dan dinginya air hujan yang menusuk tulang.
“Sudah delapan tahun aku bertani, meskipun masih tahap belajar, namun Alhamdulillah hasilnya cukup untuk kebutuhan keluarga, aku juga di percaya kawan-kawan untuk menjadi Ketua Kelompok Tani
"Walaupun saat ini kelompok kami masih belum bisa maksimal untuk mengembangkan pertanian tebu kemitraan namun kami akan berusaha agar ke depan bisa lebih maksimal lagi.
"Kelompok Tani Dalam beranggota 30 orang, mereka bisa menggarap dengan luas garapan kurang lebih 2 hektar per orang, meskipun demikian lahan garapan seluas tersebut belum bisa digarap semua, karena beberapa kendala yang tak dapat aku ceritakan.
Lik
Video Terkait:
