Gerakan Turun ke Sekolah Memungkinkan Transformasi Budaya Pendidikan yang Memanusiakan
-

By administrator 06 Agu 2024, 06:51:09 WIB Nasional
Gerakan Turun ke Sekolah Memungkinkan Transformasi Budaya Pendidikan yang Memanusiakan

JAKARTA, anmnews.id-

Muhammad Nur Rizal, pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), menyatakan bahwa tujuan dari Gerakan Turun ke Sekolah (GTS) adalah untuk mengubah budaya pendidikan agar lebih manusiawi dan memberikan ruang untuk kesetaraan.

GTS memberi anak muda kesempatan untuk pergi ke sekolah dan berkontribusi pada perubahan pendidikan di Indonesia. Muhammad Nur Rizal menyatakan dalam keterangannya di Jakarta, Senin bahwa GTS telah dilaksanakan dalam dua angkatan: satu pada Maret-April 2024 dan dua pada Juli 2024.

Baca Lainnya :

Dia mengatakan bahwa GTS berbeda dari inisiatif sebelumnya karena fokusnya pada memaksimalkan potensi anak muda. Dirancang oleh GSM, GTS dimaksudkan untuk menyelesaikan tiga masalah kesenjangan yang dihadapi anak-anak di zaman sekarang: kesenjangan sosial, kesenjangan spiritual, dan kesenjangan ekologi.

Ketika ada perbedaan yang sering muncul antara dia dan orang lain, itu disebut kesetaraan sosial. Contoh kesenjangannya adalah ketika di rentang umur yang sama ada orang yang tampaknya sangat beruntung dengan kekayaan material, tetapi juga ada orang yang dianggap "kurang beruntung" dan harus berjuang keras untuk mencapai hasil yang sama. Dia menjelaskan, "Dampaknya adalah polarisasi, bullying, kekerasan, dan keterbelahan sosial yang parah di masyarakat kita."

Rizal juga menekankan bahwa anak-anak muda saat ini mengalami kesenjangan spiritual, yang merupakan perbedaan antara diri mereka saat ini dan diri mereka di masa depan. Kehilangan jati diri menyebabkan anak-anak kehilangan keyakinan diri dan kemampuan untuk mengendalikan diri.

Ini menghasilkan anak muda yang lebih stres, kehilangan energi, dan tingkat bunuh diri yang lebih tinggi.

Menurutnya, salah satu contohnya adalah seorang guru SMK muda yang melakukan bunuh diri setelah membuat pesan umum kepada masyarakat agar tidak mengalami masalah hidup seperti dirinya.

Rizal menambahkan bahwa jika pendidikan tidak memberi pendidikan yang kritis yang mengajarkan siswa untuk berpikir dengan cara yang memungkinkan mereka untuk memilah, memaknai, dan merefleksikan, masalah deindividuasi di antara batas negara-negara dunia yang semakin tipis dapat menjadi lebih parah.

Kemudian, berkaitan dengan kesenjangan ekologi, menyoal keberlanjutan alam untuk tetap terjaga dan dirawat. Dia berharap generasi muda dapat menjadi pemimpin yang baik untuk masa depan, bukan hanya untuk mereka sendiri.

"Mereka ditanamkan untuk memiliki konsistensi dan komitmen yang kuat untuk terus berpartisipasi dalam aktivitas sosial dengan harapan menjalar pada upaya membenahi permasalahan lingkungan," tambahnya.

(Ade M)




Video Terkait:

Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment