Budaya Batipuh Mangampiang Merupakan Tradisi Turun Menurun yang Terus Dipertahankan
-

SUMATERA BARAT, anmnews.id-
Ada sebuah tradisi yang masih dipertahankan oleh penduduk
Nagari Batipuah/Batipuh Tanah Datar sampai sekarang, yaitu Bakayu dan
Mangampiang. Bakayu dan Mangampiang adalah tradisi kematian suku Minangkabau.
Kegiatan ini dilakukan sehari pasca seseorang meninggal dunia.
Bakayu adalah tradisi yang biasa dilakukan oleh pelayat
laki-laki yang bergelar Datuak, dan secara umum ada yang tidak bergelar
juga para pelayat laki-laki ini akan menuju hutan untuk mencari kayu
dengan membawa kapak masing-masing. Ini bertujuan untuk meringankan pekerjaan
tuan rumah. Kayu-kayu yang didapatkan lalu diapiang (dibelah) di depan rumah
duka. Nantinya, kayu-kayu tersebut digunakan untuk memasak hidangan
memperingati tiga hari, tujuh hari, hingga empat puluh hari kematian.
Baca Lainnya :
- Wapres Ma’ruf Amin Resmikan Universitas Darul Ma’arif Indramayu0
- Pemdes Jatisura Gelar Sedekah Bumi0
- Peringati Hari Pangan Sedunia Pemkab Majalengka adakan Gerakan Pangan Murah (GPM)0
- Pemdes Nunuk Salurkan Bantuan Pangan kepada 1104 Warga0
- Bawaslu Beltim dan Tim Gabungan Segera Tertibkan APK yang Melanggar 0
Adapun mangampiang adalah tradisi yang dilakukan oleh pelayat perempuan. Waktu mangampiang dilakukan bersamaan dengan Bakayu. Ibu-ibu akan datang ke rumah duka sambil membawa beras. Seperti Bakayu, tujuan membawa beras oleh ibu-ibu ialah untuk meringankan tuan rumah yang sedang berduka dan sebagai tanda belasungkawa. Selanjutnya ibu-ibu akan menumbuk beras ampiang menggunakan lesung secara bersama-sama yang nantinya beras ini akan diberikan kepada anak-anak sekitar untuk dimakan oleh mereka.
Tradisi Bakayu dan Mangampiang, seiring perkembangan zaman
dan teknologi, tradisi ini hampir tidak lagi digunakan. Mengingat sekarang
masyarakat memasak tidak lagi menggunakan kayu melainkan kompor gas. Oleh
karena itu, bakayu hanya dapat dilakukan di beberapa rumah duka yang masih
memasak menggunakan kayu. Sedangkan di beberapa daerah, bakayu digantikan
dengan para pelayat laki-laki duduk di atas terpal yang digelar oleh tuan
rumah.
Kegiatan ini merupakan kegiatan turun menurun yang
diselenggarakan oleh masyarakat Minangkabau sebagai wujud pelestarian budaya di
Sumatera Barat khususnya daerah Tanah Datar. Kegiatan ini dihadiri oleh para
pelaya yang meripakan kerabat, masyarakat setempat dan parah tokoh masyarakat
seperto Datuak Muncak Alam, Datuak Gadang, dan Datuak Maninjun. Kemudian
kegiatan dilaksanakan dengan menggelar doa bersama untuk keluarga yang telah
meninggal dunia suami dari kerabat Datuak Hj. Ernawaty.
Budaya Batipuh merupakan suatu tradisi yang berkembang di
tengah masyarakat secara turun-temurun yang telah diakui. Dan dilestarikan
keberadaannya Batipuh salah satu menjadi percontohan, serta menjadi suatu
kebanggaan bagi kita sebagai salah satu upaya melestarikan adat Minangkabau di
kalangan generasi milenial.
Masyarakat Minangkabau juga memiliki filosofi "Adat
Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”, yang sesungguhnya merupakan proses
pergulatan antara Adat dan Islam. Salah satu tokoh masyarakat mengatakan kepada
ANMMEWS bahwa "Indak lapuak dek hujan, indak lakang dek paneh,
artinya kehidupan kekerabatan di Minangkabau, walau pun pengaruh dari luar
datang begitu besar, namun karena ikatan adat yang kuat maka sistim kekerabatan
tersebut tidak akan goyah, inilah yang harus dipertahankan," Jelasnya’
(Rosidin)
Video Terkait:







